Warga India cenderung memilih anak lelaki, sehingga populasi perempuan terus menyusut karena sering diaborsi sejak dalam kandungan. Akibatnya muncul praktik saling meminjamkan istri karena tak semua lelaki bisa dapat pasangan sendiri.
Praktik semacam ini bisa ditemui di distrik Baghpat, negara bagian Uttar Pradesh yang terletak di wilayah India bagian utara. Salah satu korbannya adalah Munni, perempuan berusia 40-an tahun yang sehari-hari harus melayani hingga 3 orang lelaki.
Munni bukan seorang pekerja seks, ia adalah ibu rumah tangga biasa seperti halnya para perempuan di belahan dunia lain. Bedanya, selain melayani suaminya sendiri ia juga harus menjadi istri 2 saudara iparnya yang semuanya tidak beruntung mendapatkan istri sendiri.
Sebagai istri pinjaman, Munni juga harus memberikan kepuasan lahir batin kepada kedua saudara iparnya ini dan melayaninya seperti suami sendiri. Karena itu dalam sehari, ia harus berperan sebagai istri dari 3 lelaki sekaligus meski statusnya hanya sebagai pinjaman.
"Suami saya dan orangtuanya menyuruh saya melayani kedua saudara ipar saya, siang malam dan kapanpun mereka mau. Kalau menolak saya dipukul," ungkap Munni yang telah memiliki 3 anak hasil kerjasama para suaminya.
Diyakini, kasus yang menimpa Munni juga dialami banyak perempuan lain di Baghpat hanya saja tidak ada yang berani melapor karena perempuan di wilayah itu diharamkan keluar rumah sendirian. Munni sendiri baru berani berbagi cerita setelah didatangi para pekerja sosial.
Menurut para pekerja sosial yang kini mendampingi Munni, tradisi meminjamkan istri marak di wilayah miskin seperti Baghpat. Pemicunya adalah populasi perempuan yang makin menyusut, akibat praktik aborsi yang sering dilakukan terhadap janin perempuan.
Dugaan ini diperkuat oleh data sensus terbaru yang dilakukan pemerintah setempat. Pada tahun 2011, perbandingan jenis kelamin di distrik Baghpat tercatat hanya 858 perempuan tiap 1.000 lelaki sementara rasio nasionalnya adalah 940 perempuan tiap 1.000 lelaki.
Angka kelahiran bayi perempuan di wilayah ini juga tercatat semakin sedikit dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun 2011 hanya ada 837 kelahiran bayi perempuan, padahal 10 tahun sebelumnya yakni pada 2001 angkanya masih mencapai 850 kelahiran bayi perempuan.
"Kami telah menyaksikan sendiri dampak terburuk dari menyusutnya populasi perempuan di beberapa lingkungan masyarakat," ungkap Bhagyashri Dengle, direktur eksekutif Plan India, sebuah organisasi sosial yang mendampingi Munni dan korban-korban tradisi meminjamkan istri lainnya.
Dalam tradisi sebagian masyarakat India, kelahiran bayi laki-laki memang dianggap membawa keberuntungan dan berkah bagi orangtua ketika mulai memasuki usia lanjut. Karena itu praktik aborsi ilegal marak dilakukan, khususnya terhadap janin perempuan.
Tak heran jika populasi perempuan di wilayah tersebut makin menyusut. Akibatnya bukan membawa keberuntungan, kondisi ini justru menciptakan penderitaan bagi para lelaki yang tidak mendapat pasangan maupun para perempuan yang terpaksa dijadikan istri pinjaman.
"Di tiap desa paling tidak ada 5-6 bujangan yang tidak mendapat pasangan. Bahkan di wilayah lain, dalam satu keluarga bisa ada 3-4 anak laki-laki yang tidak pernah menikah. Ini masalah yang sangat serius," tutur Shri Chand (57 tahun), seorang pensiunan polisi di Baghpat.
Cek TKPnya : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/11/tradisi-pinjam-istri-karena-jumlah.html#ixzz1dx0CjRsY
Praktik semacam ini bisa ditemui di distrik Baghpat, negara bagian Uttar Pradesh yang terletak di wilayah India bagian utara. Salah satu korbannya adalah Munni, perempuan berusia 40-an tahun yang sehari-hari harus melayani hingga 3 orang lelaki.
Munni bukan seorang pekerja seks, ia adalah ibu rumah tangga biasa seperti halnya para perempuan di belahan dunia lain. Bedanya, selain melayani suaminya sendiri ia juga harus menjadi istri 2 saudara iparnya yang semuanya tidak beruntung mendapatkan istri sendiri.
Sebagai istri pinjaman, Munni juga harus memberikan kepuasan lahir batin kepada kedua saudara iparnya ini dan melayaninya seperti suami sendiri. Karena itu dalam sehari, ia harus berperan sebagai istri dari 3 lelaki sekaligus meski statusnya hanya sebagai pinjaman.
"Suami saya dan orangtuanya menyuruh saya melayani kedua saudara ipar saya, siang malam dan kapanpun mereka mau. Kalau menolak saya dipukul," ungkap Munni yang telah memiliki 3 anak hasil kerjasama para suaminya.
Diyakini, kasus yang menimpa Munni juga dialami banyak perempuan lain di Baghpat hanya saja tidak ada yang berani melapor karena perempuan di wilayah itu diharamkan keluar rumah sendirian. Munni sendiri baru berani berbagi cerita setelah didatangi para pekerja sosial.
Menurut para pekerja sosial yang kini mendampingi Munni, tradisi meminjamkan istri marak di wilayah miskin seperti Baghpat. Pemicunya adalah populasi perempuan yang makin menyusut, akibat praktik aborsi yang sering dilakukan terhadap janin perempuan.
Dugaan ini diperkuat oleh data sensus terbaru yang dilakukan pemerintah setempat. Pada tahun 2011, perbandingan jenis kelamin di distrik Baghpat tercatat hanya 858 perempuan tiap 1.000 lelaki sementara rasio nasionalnya adalah 940 perempuan tiap 1.000 lelaki.
Angka kelahiran bayi perempuan di wilayah ini juga tercatat semakin sedikit dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun 2011 hanya ada 837 kelahiran bayi perempuan, padahal 10 tahun sebelumnya yakni pada 2001 angkanya masih mencapai 850 kelahiran bayi perempuan.
"Kami telah menyaksikan sendiri dampak terburuk dari menyusutnya populasi perempuan di beberapa lingkungan masyarakat," ungkap Bhagyashri Dengle, direktur eksekutif Plan India, sebuah organisasi sosial yang mendampingi Munni dan korban-korban tradisi meminjamkan istri lainnya.
Dalam tradisi sebagian masyarakat India, kelahiran bayi laki-laki memang dianggap membawa keberuntungan dan berkah bagi orangtua ketika mulai memasuki usia lanjut. Karena itu praktik aborsi ilegal marak dilakukan, khususnya terhadap janin perempuan.
Tak heran jika populasi perempuan di wilayah tersebut makin menyusut. Akibatnya bukan membawa keberuntungan, kondisi ini justru menciptakan penderitaan bagi para lelaki yang tidak mendapat pasangan maupun para perempuan yang terpaksa dijadikan istri pinjaman.
"Di tiap desa paling tidak ada 5-6 bujangan yang tidak mendapat pasangan. Bahkan di wilayah lain, dalam satu keluarga bisa ada 3-4 anak laki-laki yang tidak pernah menikah. Ini masalah yang sangat serius," tutur Shri Chand (57 tahun), seorang pensiunan polisi di Baghpat.
Cek TKPnya : http://menujuhijau.blogspot.com/2011/11/tradisi-pinjam-istri-karena-jumlah.html#ixzz1dx0CjRsY
No comments:
Post a Comment